Artikel • Gaya Hidup • Telusuri Sejarah Bandung Bareng Mixi Imajimimetheatre
Bandung, kota ini dikenal dengan segudang kreativitas anak mudanya yang tidak pernah habis. Selain itu, Bandung adalah kota yang mempunyai sejarah luar biasa, banyak bangunan-bangunan tua yang mewakili perkembangan sejarah Bandung, hal tersebut membuat Bandung dikenal dengan istilah museum arsitektur dunia. Jika kamu menggabungkan dua hal diatas, kreativitas dan sejarah, maka kamu akan bertemu dengan grup Mixi Imajimimetheatre (MI). MI adalah grup pantomim yang didirikan oleh dua pemuda kreatif Bandung yaitu Wanggi Hoediyatno dan Irwan Lukman. Wanggi adalah sang aktor pantomim atau biasa disebut pantomimer, sedangkan Irwan adalah orang yang mengiringi pertunjukan pantomim Wanggi dengan melodi indah yang keluar dari Flute atau Terompet miliknya.
Lalu apa hubungannya MI dengan dua hal yang sebelumnya telah disebutkan? kreativitas dan sejarah? MI melakukan pertunjukan pantomimnya di ruang publik bukan panggung, ruang publik yang dipilih oleh Wanggi dkk pun tidak sembarangan, yaitu ruang publik yang menyimpan banyak catatan sejarah di kota kembang ini. Sabtu lalu, tim BRDC berkesempatan untuk melihat penampilan MI di pelataran Gedung Merdeka. Dalam prakteknya sendiri, Wanggi berpantomim tidak selalu ditemani Irwan sendiri, ada Abrenk yang ikut mengiringi penampilan Wanggi dengan alat musik tradisional uniknya yang disebut Sadatana. Sada (bersuara) Tana (tanah) adalah alat musik tradisional yang berbentuk seperti guci terbuat dari tanah dan bersuara jika dipukul. Sadatana yang diduetkan dengan suara Terompet membuat penampilan Wanggi jadi makin “bersuara”, tidak bisu seperti karakter pantomim yang dimainkannya.
Pertunjukan sabtu kemarin adalah rangkaian pertunjukan yang digagas oleh Wanggi dkk dengan tema yang diusung adalah “Nyusur History Bandoeng Bebarengan”, dimana Gedung Merdeka adalah salah satu “panggung” terbuka Wanggi diantara tempat-tempat bersejarah lainnya di Bandung. Ada Rumah Bata Merah di jalan Braga, kemudian Gedung De Vries yang masih dekat dengan Gedung Merdeka, semua tempat tersebut menjadi panggung Wanggi sekaligus sarana untuk menyebarkan misi MI yang ingin lebih memperkenalkan bangunan-bangunan bersejarah tersebut pada khalayak ramai yang kebetulan berjalan melewatinya.
Dari tahun 2007 Wanggi dan Irwan mendirikan MI dengan misi yang terbilang cukup asing di telinga pemuda jaman sekarang. Mereka hanya ingin generasi muda yang menjadi generasi penerus bangsa ini tidak melupakan warisan budaya yang ditinggalkan para leluhur mereka. Save Heritage adalah motto yang selalu disuarakan Wanggi dkk di setiap pertunjukan pantomimnya. Berharap semoga bangunan-bangunan bersejarah di Bandung dapat terus dilestarikan dan masyarakat luas khususnya para generasi muda tidak hanya sekedar tahu saja, tapi juga tahu sejarah dan seluk beluk setiap bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Bandung.
Wanggi mengakui, menampilkan pertunjukan pantomim di ruang publik tidak segampang yang orang kira. Imajinasi sang pantomimer diuji disini, karena para audience di ruang publik tidak se-reaktif di panggung pertunjukan yang asli. Atas dasar itulah, Wanggi menamakan grupnya Mixi Imajimimetheatre, dimana pertunjukan pantomimnya (mime) harus didasari imajinasi yang tidak terbatas. Jerih payah Wanggi dkk tidak sia-sia, beberapa bulan lalu, rekaman video pendek pertunjukan MI pernah diputar di TV kabel di Belgia, dimana Belgia adalah markas pusat dari World Mime Organisation, rekaman yang berdurasi kurang lebih empat menit itu ditayangkan ke 25 negara Eropa, tentu saja hal tersebut adalah prestasi yang membanggakan bagi Wanggi dkk dan warga Bandung pada umumnya.
Selain itu, sudah banyak media yang meliput kegiatan Wanggi dkk, salah satunya adalah Antara News, dimana salah satu wartawan foto senior Antara News yaitu Agus Bebeng yang kebetulan hadir sabtu kemarin ikut memuji penampilan Wanggi. Menurut Agus, penampilan seni di ruang publik sekarang sudah sangat jarang, kemunculan Wanggi dkk yang mengusung tema yang tidak sembarangan merupakan sebuah terobosan baru yang harus terus dilestarikan di dunia seni. Di Eropa sendiri seniman-seniman yang mentas di ruang publik sudah menjadi gaya hidup mereka sehari-hari, sementara di Indonesia sendiri, hal tersebut sudah menjadi sebuah mata pencaharian, yang berarti makin jarang penampilan mereka bisa disaksikan di ruang publik.
Seni peran tanpa kata, itu adalah filsafah dari seni pantomim itu sendiri, tapi penampilan pantomim Wanggi seperti memberikan sejuta kata di tiap gerakan-gerakannya. Tidak sedikit pejalan kaki yang “nyangkut” di pelataran Gedung Merdeka kemarin, ada yang diam sejenak memperhatikan penampilan Wanggi yang unik, ada yang turut serta mengambil foto, tapi tidak sedikit juga yang acuh hanya numpang lewat saja tanpa menghiraukan kenapa ada seorang pantomimer disana dan kenapa Gedung Merdeka yang dipilih sebagai tempat sang pantomimer itu berkreasi. Dengan kreativitas Wanggi dkk, kita dibantu untuk tidak melupakan sejarah kota Bandung yang diwakili oleh bangunan-bangunan tua yang banyak menyimpan cerita di dalamnya.
Wanggi dkk bertekad untuk terus berpantomim di setiap tempat-tempat bersejarah kota Bandung, sampai para penggiat kebudayaan dan seniman-seniman lain menonton pertunjukan MI dan siapa tahu, “virus” Save Heritage yang digagas Wanggi dkk dapat terus menyebar ke seluruh masyarakat yang cinta Bandung. So, apakah kita akan berdiam diri saja sebagai generasi muda yang katanya peduli pada kota tercinta ini? Atau kita bisa turut serta menyelamatkan warisan-warisan yang tak ternilai di kota ini dengan kreativitas kita masing-masing. Seperti kata Wanggi di penghujung pertunjukannya sabtu malam kemarin, Save Heritage, bukan hanya di bibir saja! (AG)
Tags : Pantomime, Mixi Imajimimetheatre, Wanggi Hoediyatno, Irwan Lukman, Abrenk, Art, Belgia, World Mime Organisation, Gedung Merdeka, De Vries, Braga, Bandung, Bandungreview, Mime
Copyright © bandungreview and in association with idwebhost
List Komentar