Warga Bandung kini boleh berbangga karena sudah mempunyai satu stadion. Bukan sekadar stadion sepak bola, tapi sebuah stadion bertaraf internasional yang pantas disetarakan dengan Gelora Bung Karno di Senayan, Jakarta. Jumat (10/3) malam lalu merupakan soft launching dari Stadion Utama Sepak Bola Gelora Bandung Lautan Api (BLA). Konon, pembangunan tahap pertama dari stadion ini sudah rampung 100 persen. Tahap pertamanya saja menghabiskan dana sebanyak Rp 545 miliar. Dana tersebut dikucurkan dari Pemprov Jabar sebesar Rp 285 miliar dan dari Pemkot Bandung sebesar Rp 260 miliar. Luas bangunan dan lapangannya mencapai 24,5 hektar. Stadion ini memiliki empat lantai dengan jumlah kapasitas penonton 38.000 kursi termasuk 60 kursi untuk penyandang disabilitas, kapasitas daya listrik 2.285 kva, 300.000 liter air, dan memiliki 772 toilet. Wah, luar biasa!
Stadion ini terletak di kawasan Gedebage. Memakan waktu sekitar 5-7 menit berkendara dari jalan Soekarno-Hatta untuk bisa sampai ke sana. Jalan masuknya sendiri sudah bagus, sudah beraspal. Namun sayang, belum tersedia lampu-lampu jalan yang memadai. Selama berkendara, saya hanya bisa mengandalkan lampu depan motor saya dan lampu-lampu dari rumah-rumah penduduk di sisi jalan. Selain itu juga belum ada petunjuk jalan yang bisa mengarahkan saya ke stadion. Kecuali beberapa spanduk yang bertuliskan permintaan maaf sebab perjalanan terganggu sehubungan dengan diadakannya acara peresmian Gelora BLA. Saya hanya mengikuti jalan yang terbentang dan mengarahkan motor saya ke arah yang dituju oleh beberapa rombongan warga sekitar yang berjalan kaki. Dan ternyata benar, mereka berbondong-bondong datang untuk melihat soft launching Gelora BLA. Saya pun mencoba bertanya kepada salah seorang polisi yang kebetulan berjaga di sana untuk mengamankan jalannya acara ini. Setelah mengikuti petunjuk dari bapak polisi, tukang parkir dan petunjuk dari Tuhan berupa intuisi, sampailah saya pada sebuah keramaian.
Setelah memarkir kendaraan di depan permukiman penduduk yang berubah menjadi area parkir dadakan, saya melewati dua ruas jembatan kayu, lalu masuk ke satu celah pintu yang diapit oleh seng-seng yang berjajar. Di dalam, ada beberapa area parkir dadakan dan satu jalan setapak yang sederhana dengan tanah lapang yang becek di sekitarnya. Setelah melewati satu lagi celah pintu di antara jajaran seng yang berdiri, barulah saya menapak di jalan beraspal dan bisa memandang kemegahan Gelora BLA dari dekat. Lucunya, di jalan beraspal tersebut bermunculan mobil-mobil yang entah datang dari arah mana.
Suasana di selasar stadion tak ubahnya seperti pasar malam dadakan. Banyak penjual yang menjajakan mainan, aksesoris, kaos, juga makanan dan minuman ringan. Di sana, warga-warga yang antusias langsung berhamburan. Mereka masuk ke pintu yang sudah terbuka. Sebagian kemudian memandang ke luar dari lantai dua, sebagian lagi terus menaiki tangga hingga ke atas. Tidak ada petunjuk ke arah mana pintu-pintu tersebut menuju. Mungkin papan penunjuk di Gelora BLA belum sepenuhnya terpasang.
Memasuki lobi utama, semuanya tampak rapi dan baru, hanya sedikit polos. Maklum, masih baru. Dari tribun VVIP, saya bisa melihat hijaunya lapangan rumput yang masih baru, track field dengan warna merah bata, dan jajaran kursi penonton dengan kombinasi warna yang sangat menarik. Selain itu juga ada dua scoring board besar di sisi kiri dan kanan. Tepat di seberang tribun VVIP saya melihat baligho yang sangat besar dibentangkan oleh kawan-kawan dari Viking. Baligho tersebut bertuliskan ucapan terima kasih kepada walikota Bandung atas stadion yang begitu megah. Ya, stadion ini memang megah. Kalau kamu googling foto “Gelora Bandung Lautan Api”, kamu akan menemukan foto desain stadion ini tampak atas. Keren bukan?
Tribun VVIP yang saya kunjungi ternyata harus basah oleh hujan. Hanya tribun penonton yang paling atas yang terlindung oleh atap stadion dari air hujan. Acara peresmian terpaksa ditunda. Sambil menunggu jalannya peresmian, saya memutuskan untuk berkeliling di dalam stadion. Keluar dari lobi VVIP, saya menemukan banyak bagian stadion yang belum selesai. Lantai dan tangga yang belum dialasi keramik, dinding toilet yang belum dilapisi semen, beberapa akses yang ditutupi oleh triplek, juga beberapa bahan bangunan yang menumpuk di sana-sini. Wah, begini rupanya pembangunan tahap pertama yang sudah 100 persen itu. Mungkin akan dilanjutkan di pembangunan tahap kedua seperti yang dijanjikan.
Soft launching stadion ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan dimeriahkan oleh beberapa tarian seperti Tari Topeng Benjang dengan iringan musik yang rancak. Meski diguyur hujan rintik-rintik, para penari terus menari dengan semangat di atas lapangan rumput dan track field tanpa alas kaki. Para pemusik seakan memberi dorongan dengan tabuhan musiknya. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Walikota Bandung Dada Rosada pun menyempatkan diri meninjau dan menginjak lapangan rumput di stadion ini. Setelah itu hiburan dilanjutkan dengan parodi sepak bola dan pertandingan sepak bola antar artis dan beberapa elemen pecinta sepak bola di kota Bandung.
Hujan yang mengguyur kota Bandung malam itu tidak menyurutkan semangat orang-orang untuk datang dan melihat kemeriahan soft launching stadion ini. Antusiasme warga sekitar dan para pecinta sepak bola justru mengalahkan hujan yang turun. Tentunya ada harapan yang besar di dalam hati masyarakat dengan dibangunnya Stadion Utama Sepak Bola Gelora Bandung Lautan Api ini. Mari kita doakan semoga kemegahan stadion ini sesuai dengan yang direncanakan dan dijanjikan. Dengan stadion yang megah, semoga saja dapat mendorong perkembangan olahraga di Jawa Barat dan di Bandung pada khususnya, serta melahirkan semangat sportifitas yang tinggi di antara pendukung dan para pecinta olahraga. Kalau sudah begitu, kan warga Bandung juga yang akan bangga. (TIS)