20 Mei 2013, Babakan Siliwangi (Baksil) pagi itu mendadak ramai dikunjungi warga kota Bandung. Kurang lebih sekitar 5.000 orang berkumpul di hutan kota yang terletak di kawasan utara Bandung itu. Berbagai kalangan berkumpul disini mulai dari Seniman Sunda, para tokoh kebudayaan Sunda, dan beberapa elemen masyarakat. Tujuan mereka ngariung disini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menyelamatkan ruang terbuka hijau Baksil yang terancam akan diubah dari hutan pohon menjadi “hutan beton”.

Para seniman dan beberapa elemen masyarakat tersebut berkolaborasi untuk memprotes kebijakan pemerintah kota Bandung yang memberikan izin kepada pihak swasta untuk membangun restoran, dan sarana komersial lainnya.

Dimulai dengan beberapa orasi dari penggagas aksi dan sejumlah tokoh masyarakat, para demonstran secara bersama-sama membongkar seng yang menutupi pagar-pagar di sekitar Baksil. Seng-seng yang sudah digambari unek-unek masyarakat tersebut adalah milik pihak swasta yang memiliki izin mendirikan bangunan di hutan Baksil tersebut. Sebanyak 98 seng dicabut para peserta aksi, seng tersebut kemudian dikumpulkan dan akan diberikan ke pemerintah kota Bandung sebagai bukti penolakan terhadap komersialisasi hutan kota.

Perwakilan Forum Warga Peduli Babakan Siliwangi yang juga seorang seniman sunda, Tisna Sanjaya mengatakan, seng-seng yang telah dicabut itu akan dipamerkan di gedung kesenian YPK Bandung untuk dilelang. Dana hasil pelelangan tersebut akan diserahkan sebagai pengganti izin yang sudah digelontorkan pihak swasta kepada pemerintah kota.

“Saat ini sudah terkumpul Rp 3,8 Juta hasil urunan warga kota Bandung, nanti kita tambah dari hasil lelang, mudah-mudahan bisa mengganti izin yang sudah diberikan untuk mendirikan restoran ini”. Ucap Tisna di sela-sela aksinya.

Setelah mencabut seng-seng di sekitar Baksil, kemudian aksi massa bergerak menuju balai kota. Aksi berlangsung tertib dengan kawalan pihak kepolisian. Secara bersama-sama, para peserta aksi berjalan dari kawasan Lebak Siliwangi, menuju Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Merdeka, hingga akhirnya ke halaman balai kota.

Selama perjalanan, arak-arakan juga diwarnai dengan lantunan lagu-lagu kliningan. Sementara seniman Tisna Sanjaya, Direktur Walhi Jabar Dadan Ramdan, pendiri Paguyuban Sundawani Robby Maulana secara bergantian menyampaikan orasi penyelamatan Baksil.

Massa yang turut dalam aksi ini berasal dari berbagai komunitas, antara lain Paguyuban Pasundan, Walhi Jabar, Paguyuban Sundawani, Aliansi Keturunan Sunda Nusantara (Aksan), Padepokan Cipageran, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Common Room, Bandung Creative City Forum (BCCF), dan belasan komunitas lainnya.

Hadir pula sejumlah tokoh seperti sesepuh Siliwangi Solihin G. P., penyanyi Acil Bimbo, politisi Mira Gnagey, seniman Isa Perkasa, seniman Diyanto, penulis Hikmat Gumelar, penulis Mona Sylviana, pemusik Harry Pocang, seniman Aat Soeratin, seniman Asep Berlian, pengacara Dindin S. Maolani, pengacara Memet S. Hakim, politisi Memet Hamdan, politisi Boeky Wikagoe, calon walikota Budi Setiawan, calon walikota Ridwan Kamil, dan masih banyak lagi, termasuk sejumlah tokoh dari kalangan Tionghoa-Indonesia di Bandung. Ikut serta pula sejumlah mahasiswa aktivis kampus dari Bandung dan sekitarnya.

Tiba di halaman balai kota, para peserta aksi tidak dapat bertemu dengan walikota Bandung, Dada Rosada karena dikabarkan sedang berurusan dengan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Hanya ada wakil walikota Bandung, Ayi Vivananda yang menerima peserta demonstran. Ayi pun ikut menandatangani petisi penolakan komersialisasi Baksil. Ia mengatakan jika secara pribadi selalu mendukung kegiatan pelestarian Baksil.

Semoga saja aksi yang dilakukan seniman dan masyarakat kota Bandung ini benar-benar bisa mengetuk hati pemerintah kota dan pihak swasta tersebut. Karena jika Baksil tersebut berubah fungsi dari hutan kota menjadi hutan beton, maka kota Bandung akan kehilangan oksigen 2.400 kilogram per harinya. Ayo kita selamatkan Baksil. Jika kita bersatu menyelamatkannya, otomatis kita juga akan menyelamatkan anak dan cucu kita kelak. (IN)

Isi petisi Babakan Siliwangi bisa dilihat DISINI!

Tags : Bandung, Bandungreview, Seniman, Sunda, BRDC, Ayi Vivananda, Common Room, Dada Rosada, Babakan SIliwangi, Baksil, Ridwan Kamil, KPK, Bandung Creative City Forum, BCCF, Pelestarian, Balai Kota Bandung, Tisna Sanjaya, Aliansi Keturunan Sunda Nusantara, Aksan, Acil Bimbo, Aat Soeratin, Asep Berlian, Boeky Wikagoe, Budi Setiawan, Dadan Ramdan, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda, DPKLTS, Diyanto, Dindin S. Maolani, Forum Warga Peduli Babakan Siliwangi, Hikmat Gumelar, Harry Pocang, Isa Perkasa, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Merdeka, Lebak Siliwangi, Mira Gnagey, Mona Sylviana, Memet S. Hakim, Memet Hamdan, Paguyuban Sundawani, Padepokan Cipageran, Robby Maulana, Solihin G. P., Save Babakan Siliwangi: Aksi Nyata Seniman dan Warga Kota Bandung, Save Babakan Siliwangi: Real Action from Bandung Citizen, Tokoh, Walhi Jabar
  • morguevanguard Ditulis pada : 21 May 13 11:38:24
    Setuju, selamatkan ruang hijau terbuka di bandung! :D

    SOCIAL MENU
    SEARCH
HOT PICK
    • Harris Hotel
      4 Star Hotel
      Alamat : Jl. Peta No. 241
      Telepon : (022)6128600