Persimpangan jalan. Lampu lalu lintas. Di bawah jembatan layang. Di tempat-tempat inilah kita bisa menemukan para musisi jalanan, yang lebih kita kenal dengan sebutan pengamen. Mereka merupakan salah satu bentuk seniman yang mencari sesuap nasi dengan keahlian bermusik, yang seringkali muncul dalam paradigma masyarakat sebagai penyanyi bersuara pas-pasan dan dituding cukup mengganggu pada beberapa kesempatan.
Namun segala anggapan negatif tersebut sukses dipatahkan oleh para manusia kreatif ini. Mereka tidak sama dengan para pengamen biasa yang hanya bisa bermusik ala kadarnya, tingkat musikalitas yang mereka miliki sangat tinggi dan berkarakter. Kemampuan mereka menyamai bahkan banyak yang melebihi para musisi ternama yang sudah sering muncul di layar kaca. Suara yang lembut, diiringi alunan gitar yang manis, terkadang ditemani oleh gesekan biola yang menghasilkan irama yang menenangkan. Perpaduan musik ini tidak hanya ditemui di acara konser yang diadakan para pemusik ternama, melainkan terdengar dari musisi jalanan di persimpangan jalan yang biasanya identik dengan kata kotor, berdebu, dan serba semrawut.
Biasanya para penghasil suara yang menyentuh ini mendatangi angkot-angkot yang sedang berhenti di lampu lalu lintas. Tidak jarang dari para penumpang yang merasa tergerak oleh karya mereka memberikan uang dengan nominal cukup besar sebagai sebuah tanda terima kasih atas hiburan yang telah mereka berikan. Sebagian besar para penumpang terhenyak sesaat setelah mendengar alunan indah tersebut. Dago, ya, biasanya daerah ini didominasi oleh para pengamen berkualitas ini. Suara manis yang bak boyband, ataupun karakter nge-rock pun dapat kita temui di sepanjang jalan ini. Gitar, biola, bahkan perkusi lah yang menjadi kawan mereka setiap harinya.
Fenomena ini tidak lepas dari andil dan pengaruh RMHR (Rumah Musik Harry Roesli) yang merupakan wadah bagi anak jalanan untuk berkarya dan berkreasi. Lembaga asuhan almarhum Harry Roesli ini mengumpulkan sejumlah anak-anak dan pengamen jalanan untuk bersama-sama mempelajari dan mendalami musik, sehingga mereka tidak hanya asal memainkan alat musik saja dan menghapus pandangan negatif dari masyarakat terhadap mereka. Anak-anak jalanan inilah yang kemudian lebih dikenal dengan anak asuh RMHR. Tidak sedikit musisi papan atas Indonesia yang mulai menggandeng para pengamen jalanan ini untuk mengikuti berbagai acara-acara skala besar, salah satunya adalah Youth Music Festival.
Jadi, coba datangi tempat pengamen kreatif ini bernaung. Suara merdu itu akan terus terngiang dan jangan heran bila jadi ketagihan untuk mendengarnya kembali. [BRDC]