Namanya Hedi Rusdian. Usianya baru 20 tahun. Walau usianya terbilang masih sangat muda, dia sudah menjadi President & CEO perusahaan yang produknya mendunia. Hedi, yang memulai usaha bersama lima teman dan saudaranya pada 2005, kini sudah patut berbangga diri atas jerih payahnya. Buckle (kepala ikat pinggang), cincin, dan kalung produksi Fourspeed Metalwerks yang dipimpinnya, sudah dipakai kalangan orang-orang ternama.
Salah satu yang paling mencengangkan adalah Sepultura, band metal asal Brazil yang memuji produksinya. Oleh karenanya, mereka sepakat bekerja sama dengan Hedi---yang merupakan asli urang Bandung itu---pada akhir tahun 2012 lalu ketika mereka konser di Jakarta. Sepultura berkata, "Fourspeed Metalwerks is the finest piece of work from Indonesia!".
Saya berkesempatan mengobrol lebih jauh dengan Hedi, Jum'at, 1 Februari 2013 lalu. Bertempat di markas Fourspeed, Jl. Anggrek no. 42, Bandung, saya menemui Hedi yang menyambut dengan ramah. Dia pun bercerita tentang awal kerjasamanya dengan Sepultura tersebut.
Menurut Hedi, pada mulanya adalah ketika mereka men-support band-band metal luar negeri, seperti Death Angel, Madball, Lamb Of God, As I Lay Dying, dan Exodus. Dari sana, berbagai produk buatannya menyebar dari mulut ke mulut di kalangan band metal Amerika Serikat. Sampai akhirnya, ketika Exodus mengadakan tur bareng Sepultura, para personil Sepultura tertarik dengan buckle yang dibuat anak-anak Fourspeed. Lalu sang vokalis, Derrick Green, langsung mengontak Hedi.
“Di sana, mereka menyatakan suka banget sama Fourspeed, pengen kerja sama bisnis. Itu di tahun 2011 kita menjalin hubungan. Sampai pada akhirnya kemarin, akhir 2012, kami sign kontrak. Kebetulan pas Sepultura-nya datang ke sini. Kita sepakat untuk kolaborasi bikin kepala ikat pinggang dan cincin Sepultura,“ jelas Hedi. Dalam akun twitternya @Derrick_Green mengutarakan: “Merging a deal with Fourspeed Metalwerks. Quality hand made metal for Sepultura! Thanks @Hedi4speed my Indonesia bro!”
Memang “prestasi” sign kontrak dengan salah satu band metal ternama seperti Sepultura bukan cuma isapan jempol. Hedi bersama kawan-kawan Fourspeed memulai usaha tersebut dengan kerja keras. Slogan 'Pride, Power, Attitude' yang diusungnya menjadi jiwa bagi setiap insan kreatif yang tergabung dalam Fourspeed Metalwerks. Dengan kualitas barang yang diproduksi handmade---sehingga lebih mendetil---berbagai artis lokal dan mancanegara sudah bekerja sama dengan perusahaan yang memiliki bengkel di Margahayu Raya itu.
Salah satu contoh adalah Pevi Permana (skaters), Andi '/rif', Bagus dan Eno 'Netral', David 'Naif', Slank, Ipang, Melanie Subono, House of Pain, Blasko, Hellyeah, Hatebreed, Napalm Death, La Coka Nostra, sampai skaters internasional macam Steve Caballero, Natas Kaupas, dan Duane Peters. Itu pun baru beberapa. Masih banyak orang terkenal lain yang dipajang di salah satu sudut galeri Fourspeed Metalwerks di Jl. Anggrek tersebut. Semua buckle, cincin, dan kalung yang diproduksi itu berkisar di harga jutaan rupiah.
Hedi mengakui, dengan harga yang terbilang di atas rata-rata, mereka lebih fokus pada pangsa pasar luar negeri. “Kebanyakan orang Indonesia masih menganggap sebuah barang dari fungsinya aja. Misal kepala ikat pinggang: urang meuli kepala ikat pinggang harganya 200-300 ribu euy. Mending beli jeans atau jaket yang jelas-jelas keliatan,” kata dia menirukan ucapan orang-orang. Dengan begitu, Hedi menjelaskan, sisi seni suatu barang masih belum banyak dilirik.
Namun, dia menegaskan dirinya tidak kecil hati. Dalam beberapa tahun ke depan, dirinya berencana membuka sebuah toko di Los Angeles, Amerika Serikat---melanjutkan sebuah warehouse yang kini sudah berdiri di Seattle. Dengan begitu, Hedi berharap usahanya dapat bergerak lebih leluasa lagi.
“Selain itu, kami juga berencana meluaskan pasar ke Eropa dan Jepang,” kata Hedi yang kini membawahi sekitar 50 pegawai dan memproduksi sekitar 2 ribu pcs barang per bulan itu.
Selain usianya yang masih muda, tak banyak yang tahu bahwa Hedi tidak mengambil kuliah di kampus mana pun. Lulusan SMA 8 Bandung ini pun bercerita dirinya dahulu mendaftar ke Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB, namun tidak diterima. “Lucunya, beberapa bulan ke belakang, saya sempat diminta jadi mentor desain produk & kewirausahaan di sana,” kata Hedi sambil sedikit tertawa kecil.
Dengan begitu, barangkali yang dilakukan Hedi bersama kawan-kawannya bisa menjadi inspirasi: siapa pun bisa sukses asal rajin bekerja keras dan tidak mudah patah arang. Apalagi disertai semangat 'Pride, Power, Attitude' yang menjadi jiwa kawan-kawan Fourspeed Metalwerks. Long live Hedi, long live Fourspeed! (IP)